Berawal menghadiri sebuah pameran yang diselenggarakan instansi pemerintah Nusa Tenggara Barat di tahun 2010, Nur Rahmi Yanti yang biasa disapa Yanti tertarik melihat tanaman yang tertampang di display. Ia tak menyangka tanaman yang dikira padi ternyata adalah tanaman sorgum. Yanti yang seorang lulusan Fakultas Pertanian Universitas Mataram jurusan Pemuliaan Tanaman sama sekali tidak mengetahui apa itu sorgum. Ia mulai mempelajari apa itu tanaman sorgum secara otodidak.
Sorgum adalah tanaman serelia dengan urutan kelima setelah gandum, jagung, padi dan jelai. Berasal dari Afrika dengan nama latin Sorghum spp yang dibawa pemerintahan Belanda di tahun 1925. Pada saat masa penjajahan telah dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai pengganti beras.

Sorgum dapat ditanam di tanah minim air dengan cuaca kemarau lebih panjang. Sorgum juga kaya akan vitamin dan mineral, tinggi serat, kalsium dan protein. Tidak hanya itu saja, sorgum memiliki indeks glikemik rendah dan cocok untuk yang diet rendah kalori, bebas gluten serta baik dikonsumsi untuk penderita penyakit diabetes.
Dari 10 Are Meraih SATU Indonesia Awards
Yanti bersama teman-temannya mencari tahu dan menemukan bahwa sorgum banyak ditanam oleh petani di pelosok. Mereka memutuskan untuk mengunjungi salah satu desa di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat di mana tanaman sorgum saat itu hanya untuk pakan ternak dan sebagai panganan pribadi pengganti beras dengan harga jual yang rendah.
Kedatangannya di desa itu disambut hangat oleh petani dan masyarakat. Mereka memintanya untuk mengembangkan sorgum. Rasa prihatinnya melihat petani sorgum yang terpuruk, mendorongnya untuk memberdayakan petani dan tanaman sorgum.
Yanti melihat bahwa tanaman sorgum memiliki nilai tinggi, cukup mudah dibudidayakan, tahan terhadap cuaca panas dan kering, serta dalam satu tahun petani bisa panen sorgum hingga tiga kali.
Tahun 2017 Yanti dengan modal sendiri mulai membina dan mendampingi dua desa untuk 10 orang petani dengan lahan seluas 10 are dalam hulu dan hilirisasi secara korporasi. Pada awal panen, sorgum berupa biji hanya dikemas dengan sederhana dan dipasarkan langsung ke konsumen.

Tidak berhenti di situ saja, Yanti mulai mengembangkan pengolahan sorgum menjadi tepung sorgum dan produk penganan yang lain seperti roti, cookies, dan sejenisnya. Ia mulai membuat jenama Yant Sorghum untuk produk-produk turunan sorgum.
Yang dilakukan Yanti sangat mengharukan karena ia mampu memberdayakan seluruh anggota keluarga petani sorgum. Para bapak menanam serta merawat dan memanen tanaman sorgum. Sedangkan ibu-ibunya mengolah biji sorgum menjadi produk dan anak-anak membantu mengemas.
Dalam wawancaranya Yanti menyebutkan terjadi peningkatan ekonomi pada taraf hidup petani sorgum. Yang tadinya hanya memiliki pendapatan Rp 500 ribu per bulan, kini mereka bisa meraih pendapatan hingga Rp 1,5 juta per bulan. Untuk keluarga petani sorgum hal ini sangat bernilai sekali.
Dari inisiasi Yanti membantu memberdayakan dan mensejahterakan petani sorgum, hal ini membawanya untuk memenangkan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards dari Astra Internasional di tahun 2017. Astra Internasional memberi apresiasi atas inspirasi dan usahanya dalam mengajak masyarakat untuk satukan gerak terus berdampak khususnya petani sorgum di provinsi Nusa Tenggara Barat.
Penghargaan SATU Indonesia Awards yang diadakan Astra Internasional setiap tahun merupakan apresiasi untuk generasi muda, baik itu individu mau pun kelompok di seluruh Indonesia yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan untuk berbagi dengan masyarakat sekitarnya di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, teknologi dan kewirausahaan.
Kolaborasi Astra Membangun DSA (Desa Sejahtera Astra) Sorgum Lombok
Di tahun 2018 Astra berkolaborasi dengan Yanti dalam skema Desa Sejahtera Astra (DSA) untuk meningkatkan produksi sorgum di Lombok. “Modal itu yang kemudian digunakan untuk penyediaan benih, bahan baku serta alat-alat pengolahan produksi,” ujar Yanti.
Melalui program DSA yang bermula dari membina dua desa, hingga tahun 2024 desa binaannya berkembang mencapai 22 desa yang menyebar di lima kabupaten di Nusa Tenggara Barat, yaitu Bima, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara dan Mataram.
Jumlah petani yang tadinya 10 orang, sekarang Yanti telah memberdayakan 1.000 petani. Dan lahan garapannya yang awalnya 10 are sekarang telah mencapai kurang lebih 500 hektar lahan sorgum di seluruh Nusa Tenggara Barat.
Dari bisnis Yant Sorghum, Yanti kini sudah memiliki 25 produk turunan tanaman sorgum. Tidak hanya tepung sorgum dan healthy cookies saja, tetapi sudah lebih bervariatif serta bernilai ekonomis seperti gula cair batang sorghum, rice shorgum, tempe sorghum, mie instan sorgum, keju vegan sorghum juga susu sorghum dan lainnya.
Dengan bisnis sorgum yang berkelanjutan dan peduli terhadap lingkungan, Yanti juga berinovasi dengan menciptakan alat makan sekali pakai yang ramah lingkungan dan juga bisa dimakan. Seperti edible sorghum spoon & fork, edible sorghum cup serta edible sorghum tableware. Semua produk Yant Sorghum bisa diperoleh di marketplace seperti Shopee.

(foto: instagram.com/yantsorghum)
Tembus Pasar Internasional
Yanti tidak hanya memasarkan produknya di dalam negeri saja. Puncak kesuksesannya dimulai saat masa pandemi tahun 2020. Yanti sang pengusaha UMKM PT Yant Sorghum sudah mulai ekspor kue berbahan baku sorgum sebanyak 1.000 pieces ke Singapura, Belanda dan Tiongkok dengan nilai masih relatif kecil sekitar 20 jutaan. Tahun 2021 permintaan datang dari mitra bisnis di Turki dan Dubai dengan total nilai ekspor 40 juta, mengalami kenaikan 100%.
Sejak diformalkan pada tanggal 28 Juli 2021, Kemendag dan Astra berkomitmen dari sekitar 900 desa binaan Astra, minimal 100 desa harus bisa mandiri melakukan ekspor dan mendapat repeat order dalam waktu dua tahun.
Pada hari Sabtu, 22 Januari 1922 Yant Sorghum melakukan ekspor senilai 700 juta untuk 10 produk hasil jadi binaannya ke Timor Leste dan Malaysia disaksikan oleh PT Astra Internasional Tbk bersama Kementerian Perdagangan di Dusun Lokok Sutrang, Desa Santong Mulia, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
“Setiap 2 minggu sekali kami ekspor ke Malaysia dan Singapura dengan 10 produk jadi dan bahan baku seperti tepung, beras dan gula,” ujar Yanti di Galeri Yant Sorghum yang berlokasi di Jalan Saleh Sungkar No. 14A, Kec. Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Yanti mengakui dari hasil ekspor tersebut telah menghasilkan ratusan juta untuk sekali ekspor tergantung dari besaran volumenya.
Penutup
Berawal dari keprihatinannya melihat petani sorgum yang terpuruk dan tanaman sorgum yang hanya sebagai pakan ternak, Nur Rahmi Yanti berhasil membawa sorgum tembus ke pasar Internasional. “Kuncinya jangan ragu dalam berbuat hal yang membawa dampak baik bagi sekitar. Dan kerjakan hal sekecil apa pun dengan konsisten untuk kegiatan positif yang kalian lakukan,” pungkasnya.
#SatukanGerakTerusBerdampak #KitaSATUIndonesia
#APA2025-PLM
sumber:
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/09/11/nur-rahmi-yanti-mendongkrak-derajat-sorgum-dan-kesejahteraan-desa-desa-di-ntb
https://www.lombokinsider.com/ekonomi/15510116856/kisah-sukses-yant-sorgum-dari-satu-indonesia-awards-astra-menuju-100-hektar-lahan-sorgum-di-ntb
https://www.tempo.co/ekonomi/rp-700-juta-kripik-tempe-sorgum-dkk-diekspor-ke-malaysia-dan-timor-leste-432870